Depok, 28 Februari 2024 – Seiring dengan peningkatan jumlah penduduk Indonesia, salah satu dampak yang tidak terhindarkan adalah adanya peningkatan jumlah sampah sisa makanan terutama dari sektor rumah tangga. Menurut data Sistem Informasi Pengelolaan Sampah Nasional (SIPSN) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK), Indonesia menghasilkan 18 juta ton timbulan sampah sepanjang 2023 yang didominasi oleh sampah organik sisa makanan sebesar 41,7%. Komposisi sampah organik ini dapat menghasilkan gas metana yang menyebabkan naiknya gas rumah kaca yang menyumbang timbulnya perubahan iklim. Selain itu, keberadaan sampah organik yang membusuk di tempat pembuangan sampah umumnya menciptakan masalah kesehatan dan kebersihan.
Dibutuhkan upaya yang solutif dan kreatif dalam menyelesaikan permasalahan sampah organik ini. Terkait dengan hal tersebut, PT Garudafood Putra Putri Jaya Tbk (Garudafood) bekerjasama dengan PT Biomagg Sinergi Internasional (Biomagg) merangkul masyarakat Kelurahan Jatijajar, Kota Depok untuk melakukan Program Pengelolaan Limbah Organik Rumah Tangga melalui Metode Biokonversi Maggot BSF. Kick-off program ini dilakukan pada Rabu (28/2/2024) di kantor kelurahan Jatijajar, Depok – Jawa Barat dan dihadiri oleh Ibu Dian Astriana selaku Corporate Communication & Eksternal Relations Garudafood, Bapak Aminudi selaku CEO Biomagg, Kepala Kelurahan Jatijajar serta puluhan warga masyarakat di lingkungan Kelurahan Jatijajar, Kota Depok – Jawa Barat.
Pihak Biomagg melakukan edukasi mengenai siklus hidup maggot, budidaya maggot dan keuntungan menggunakan maggot untuk optimalisasi pengelolaan limbah sampah organik rumah tangga kepada warga yang hadir. Maggot tidak membawa patogen dan tidak memiliki gigi, sehingga tidak menularkan penyakit. Sumber makanan Maggot adalah sampah dapur, sampah pasar berupa sayur dan buah, hingga limbah pabrik. Menurut Biomagg, 10.000 ekor maggot mampu mengurai habis sampah organik sebanyak 1 kg dalam sehari. Sehingga diharapkan melalui budidaya maggot, warga dapat mengoptimalisasi pengelolaan limbah sampah organik dengan metode Biokonversi, menciptakan ketahanan pangan, menciptakan lapangan kerja baru, dan yang terpenting mengajak masyarakat untuk peduli dengan lingkungan.
Kegiatan ini juga mendapat dukungan penuh dari Pemerintah Daerah Kota Depok terlebih warga yang hadir akan mendapatkan unit Biobox sebagai media budidaya maggot, mendapatkan bibit maggot serta pendampingan intensif selama 3 bulan oleh Biomagg dan Garudafood. Diharapkan selama 3 bulan program sebanyak 27 ton sampah organik dapat terolah dan mencegah terbentuknya emisi karbon sebanyak 3,51 ton gas Metana (CH4) dan 86,22 ton Karbondioksida (CO2).
Program serupa juga telah dijalankan oleh Garudafood sejak 2021 oleh Business Unit (BU) Pati tepatnya di Desa Sukobubuk, Pati – Jawa Tengah bekerjasama dengan pemuda karang taruna setempat. Program yang diberi nama Kampung Wirausaha Maggot ini telah berhasil mengolah lebih dari 30-ton sampah organik dan memproduksi lebih dari 10-ton maggot fresh/maggot hidup, lebih dari 12-kg telur maggot, pupuk kasgot, hingga lebih dari 700 ekor ayam kampung sebagai salah satu komoditi turunan. Keseluruhan omset hasil dari penjualan dikelola sepenuhnya oleh Karang Taruna Desa Sukobubuk.
Program Kampung Wirausaha Maggot merupakan program CSR Garudafood pilar lingkungan dan pemberdayaan masyarakat. Melalui program ini diharapkan dapat menyadarkan masyarakat agar semakin peduli terhadap lingkungan serta dapat konsisten menerapkan gaya hidup zero waste di kehidupan sehari-hari dan mendukung produktivitas perekonomian masyarakat sekitar dimana penjualan hasil pengolahan sampah organik ini dapat menghasilkan penghasilan (revenue) untuk membiayai operasional pengolahan sampah organik di hulu secara berkelanjutan, dan juga insentif dari hasil budidaya ikan dan ayam dengan pemanfaatan maggot sebagai pakan organik sehingga dapat mereduksi biaya pakan sebesar 40-60%.
Di awal tahun 2024, tim Garudafood Sehati juga berkolaborasi dengan PT Sinarniaga Sejahtera (SNS) untuk melakukan kerjasama dengan Biomagg dalam hal pengangkutan dan pengelolaan produk Bad Stock (BS) dari Depo Bogor 1 dan Bogor 2 menggunakan biokonversi maggot. Sedangkan limbah kemasan produk diolah oleh mitra eksternal lainnya menjadi barang lain secara bertanggung jawab. Selama Januari 2024, sebanyak 1.342 kg limbah organik telah diolah dan sehingga bisa mencegah terjadinya 0,17 ton CH4 emisi Metana dan 4,29 ton CO2 emisi Karbondioksida.